MENJALANKAN
PERINTAH AGAMA ITU MULIA
Agama
diturunkan oleh Tuhan Yang Maha Esa itu hanya untuk manusia. Mengapa begitu?
Karena manusia itu makluk Tuhan yang diberi kelebihan berupa akal fikiran, ini
yang membedakannya dengan makluk lain, sehingga bisa menjalankan perintah dan
menjauhi larangan agama.
Sementara
makhluk yang lain seperti tumbuhan, hewan, air, udara, bulan bintang, bulan,
matahari, angin, api, pelangi, gunung, lautan, semuanya tidak ada yang punya
pikiran,
Agar hidup manusia selaras, serasi dan
seimbang
Agama
itu berasal dari kata A yang
artinya tidak dan Gama artinya kacau.
Jadi diturunkannya agama untuk manusia
oleh Tuhan Yang Maha Esa itu punya tujuan agar hidup manusia tidak kacau
, atau dengan kata lain agar hidup manusia itu selaras, serasi dan seimbang.
Selaras, serasi,seimbang dalam
hubungannya dengan Tuhan sebagai pencipta alam semesta ini, maupun dengan selaras dengan alam semesta
sebagai ciptaan Tuhan.
Hubungan
manusia dengan Tuhan (dalam agama Islam)
sering disebut habluminalloh maupun dalam hubungannya dengan sesama
manusia yang disebut hablumminannas. Sementara agama
lain, seperti Kristen, Katolik, Hindu,
dan Budha mengajarkan keselarasan, keserasian, dan keseimbangan menurut ajaran agamanya. Bahkan belakangan pemeluk
Konghucu pun mendapatkan kesempatan untuk menerapkan ajarannya menuju selaras
serasi seimbang menurut ajarannya.
Menjalankan perintah agama dengan baik dan
benar
Di
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dimana sila pertamanya berbunyi “Ketuhanan
Yang Maha Esa”, Negara menjamin kemerdekaan setiap warga ( termasuk kita) untuk
menjalankan ajaran agama secara baik dan benar. Maka kita bisa melihat
bagaimana rukunnya bangsa Indonesia ini yang walau berbeda agama tetapi bisa
hidup berdampingan satu dengan lainnya.
Ini
didasari kesadaran bahwa jika urusan agama menjadi hak tiap-tiap warga untuk
memeluknya dan melaksanakan ajarannya. Tak ada paksaan dalam beragama. Semua
diberi kebebasan untuk beribadah menurut
agamanya, bahkan itu dijamin dalam UUD ’45.
Kita
sebagai siswa kelas I SMP semester ganjil
yang beraga Islam misalnya sebagai anak yang sholeh/solekhah pasti selalu berusaha keras
sekuat tenaga agar dalam hidup sehari-hari bisa menjalankan perannya secara
baik dan seimbang antara habluminalloh dengan habluminannasnya. Jika keduanya bisa
berjalan secara seimbang maka hidup ini akan menjadi nikmat, membahagiakan dan
memuliakan martabat. Kok bisa begitu ? Uraian di bawah ini akan bisa
menjelaskan jawabnya.
Dunia
ini diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sangat lengkap. Yang ditugaskan untuk
mengelola dunia seisinya itu adalah manusia. Sementara Tuhan juga memberi
manusia itu dua sifat dasar yakni sifat patuh kepada Tuhan dan sifat inkar
pada Tuhan. Nah begitu banyaknya manusia maka berbeda-beda juga
sifatnya, ada yang patuh pada Tuhan ada yang inkar .
Yang
patuh pada Tuhan, hatinya selalu dekat
dengan Tuhan, selalu ingin menjalankan perintahnya, rindu membaca kitab
sucinya, tak pernah merasa berat untuk beribadah. Misalnya bagi yang beragama
Islam kalau waktunya mendengar adzan dikumandangkan, hatinya bergetar dan
menghentikan bermain atau belajarnya kemudian mengambil air wudlu berpakaian
rapi, pakai sarung atau celana panjang,
berbaju muslim pakai kopiah, pakai minyak wangi, menyisir rambut secara
rapi terus berjalan menuju masjid untuk sholat jama’ah.
Sesampainya
di masjid sholat sunnah dua raka’at,
sambil menunuggu sholat wajib, hatinya terus berdzikir dan saat sholat
berjama’ah dilakukannya secara khusyu’ seolah-olah Tuhan ada di depannya
sehingga rasa rindu ingin bertemu, takut kalau salah dan harapan untuk selalu
ditolong, dilindungi dan dikabulkan do’anya, bercampur menjadi satu.
Jadi
sholat itu terasa ni’mat sekali, nggak pakai rame atau guyon, apalagi main
cubit kaki temannya, atau ketawa- ketiwi yang nggak ada arti, malah bisa
menghinakan diri dihadapan Illahi. Kalau sholatnya tidak khusyu’ bisa
mengganggu teman sebelahnya, sholatnya jadi tidak fokus. Padahal sholat itu
sarana komunikasi antara kita denganNYA.
Kita
tahu bahwa setiap gerak gerik jiwa dan raga kita direkam oleh CCTV-nya Tuhan
yang menyertai kita, Jadi amat takut kalau sholatnya tak diterima oleh Tuhan.
Hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa . Bagi anak yang patuh pada Tuhan ,
bayangan surga nanti di akhirat menjadi pemicu motivasi untuk terus menjalankan
perintahNYA dan menjauhi laranganNYA.
Sementara
anak yang inkar atau tidak patuh pada Tuhan Yang Maha Esa,( yang dalam agama
Islam Tuhan itu disebut Alloh, swt), tidak pernah mau
sholat, apalagi membaca kitab suci, mempelajari dan mengamalkan nya, menyentuh
pun mungkin tidak mau dan tak tertarik. . Juga tidak mau puasa Romadlon.
Baginya Agama dianggap tak penting, yang penting senang-senang, menuruti
kemauan, tak menghiraukan perintahNYA.
Anak
seperti ini mungkin belum begitu mengerti bahwa hidup itu ada tugas tertentu
yakni mengabdi kepada Tuhan dan Tuhan itu adil , maha sayang, maha pemurah maha
pengasih. Jika kita menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya kita
disebut sebagai orang yang bertaqwa, di dunia akan mendapat kebahagiaan dan
kemuliaan, dan nanti di akherat setelah mati akan dimasukkan surgaNYA.
Sementara yang tetap inkar sampai akhir hayatnya tak mau menjalankan perintah ,
larangnya dilanggar maka hidupnya di dunia menjadi hina, tak bahagia, dan nanti
di akherat masuk neraka mendapat siksa .
Jalankan
Perintah Jauhi LaranganNYA
Setiap
agama ada perintah dan larangan. Di Islam
misalnya perintahNYA sudah jelas dan laranganNYA pun sudah jelas. Semua
ada dalam kitab suci. Dalam pelaksanaanya ada
kategori hukumnya wajib, sunah ,
mubah, makruh dan kharam. (Lebih
jelasnya pelajari buku agamamu). Contoh
perintah bagi umat Islam misalnya yang ada pada rukun Islam yaitu, syahadat,
sholat, zakat, puasa dan haji( bagi yang mampu).
Syahadat,
sholat dan puasa itu masuk kategori habluminnalloh, karena murni hubungan kita
dengan Alloh. Apakah hati kita benar-benar syahadat, atau cuma pura-pura
walaupun lisan kita telah mengucapkannya, hanya antara kita dengan Alloh yang
tahu.
Demikian
juga apakah jiwa/hati/batin kita juga sholat sewaktu badan kita bergerak sholat
sesuai ketentuan, hanya antyara kita denganAlloh yang tahu.
Apakah
kalau tidak ada orang kita tetap puasa atau tidak , apakah kita puasa itu
karena menjalankan perintahNYA semata
dan mengharap ampunan dan pahala
dariNYA, atau hanya bohong-bohongan, hanya antara kita denganNYA yang
tahu ( lain soal kalau kita member tahu teman kalau kita puasa bohong-bohongan
).
Sementara
zakat dan haji tergolong habluminalloh yang bercampur dengan habluminnas, karena zakat itu memeberi kepada
yang berhak menerima oleh pemberi yang wajib mengeluarkannya Niat zakat itu
untuk mensucikan diri, nah niat itu ditujukan kepada Alloh , sementara manfaat
zakat untuk sesama manusia.
Sedangkan
haji disamping berhubungan dengan Alloh dalam niat, wukuf, towaf dan sya’i, juga ada yang berhubungan
dengan manusia yakni dalam kewajiban membayar dam, berupa sembelihan seekor
domba yang dagingnya dibagikan kepada yang berhak menerima.
Demikian
juga di luar itu, masih ada perintah
lain misalnya diperintah untuk tolong
menolong dalam hal kebaikan dan taqwa seperti mengajari membaca kitab suci, memberi bagi
yang kekuraangan, menengok teman yang sakit, belajar ilmu dunia dan ilmu
akhirat, berbakti kepada Ibu Bapak, menyumbang anak yatim, membersihkan rumah
dan kelas, dan sebagainya.
Sementara
laranganNYA seperti mencuri, memfitnah, mengadu domba, minum minuman yang
memabukkan, memakan bangkai dan darah, riba dalam jual beli, korupsi, inkar
janji, berkata/ berbicata kotor (misuh: jw), mencela, membicarakan aib orang
lain, berburuk sangka, putus asa, hingga
membunuh tanpa ada alas an yang dibolehkan oleh agama .
Jika
kita bisa menjalankan perintah dan
menjauhi larangaNYA dengan tulus ikhlas sesuai dengan kaidah agama kita maka
kita akan mendapat kebahagian, pahala dan di hadapanNYa akan digolongkan
menjadi hambaNYA yang taqwa yang mulia di dunia di akherat masuk surga, Namun
jika sebaliknya melanggar larangNYA dan tidak menjalankan perintahNYA
maka diancam dengan nerakaNYA.